Harga properti pastinya akan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, begitu juga dengah harga properti di Indonesia. Bahkan, pada periode 2013-2014 lalu harga properti di daerah Jakarta tercatat mengalami tingkat kenaikan tertinggi di dunia, yakni sebesar 27,3 persen. Bandingkan dengan kenaikan di Los Angeles, Amerika Serikat, yang “hanya” mengalami kenaikan sebesar 16,3 persen. Tidak heran makin banyak masyarakat Indonesia yang merasa kesulitan untuk mendapatkan rumah di daerah Jakarta.
Kenaikan ini sempat juga memunculkan kekhawatiran akan terjadinya gelembung atau bubble properti. Yakni suatu kondisi di mana harga properti terus mengalami peningkatan di luar kewajaran yang akhirnya menurunnya permintaan akan properti. Meski begitu hal ini ditampik oleh beberapa pihak pengembang, mengingat harga properti di Indonesia justru masih sangat murah bila dibandingkan dengan harga properti di negara tetangga seperti di Singapura.
Sebagai informasi, harga properti di Singapura ternyata sebesar sepuluh kali lipat dari harga properti Indonesia. Sebagai contoh saja, harga satu unit apartemen dengan dua kamar di Singapura harganya bisa mencapai Rp30 miliar. Sementara di Indonesia, dengan harga Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar saja, kita sudah bisa mendapatkan satu unit apartemen mewah.
Selisih harga yang tinggi ini tidak mengherankan mengingat, perbedaan kurs antara Rupiah dan Dolar Singapura yang lumayan tinggi. Selain itu, seperti dikutip dari laman Properti Kompas Matius Yusuf, Marketing Director Podomoro City, mengatakan perbedaan harga properti yang tinggi ini disebabkan oleh perbedaan penghitungan luas bangunan atau ruangan. Di Indonesia kita terbiasa menghitung luas bangun suatu rumah, apartemen, atau tanah dengan menggunakan satua meter persegi (square meter). Sedangkan di Singapura digunakan satuan kaki persegi atau square feet. Sebagai gambaran, satu kaki persegi sama dengan sebelas meter persegi.
Selain itu, luas wilayah di Singapura yang lebih kecil dibandingkan Indonesia juga menyumbang faktor tingginya harga properti di negara Singa ini. Seperti diketahui, semakin kecilnya lahan untuk pembangunan properti, maka biasanya akan semakin tinggi pula harga properti di daerah tersebut.
Meski memang masih lebih rendah dibandingkan dengan properti di Singapura, namun tentunya sebagai masyarakat umum kita mengharapkan harga properti Indonesia tidak akan naik terlalu jauh. Dengan begitu, masyarakat Indonesia masih bisa mendapatkan hunian idaman dengan lebih mudah