Panjang jari tangan memang berbeda-beda, tapi ternyata dari perbedaan panjang jari tangan ini kita dapat mengetahui risiko penyakit yang ada. Salah satunya adalah perbandingan ukuran panjang jari manis dan telunjuk dapat menjadi sarana untuk mengetahui risiko penyakit, misalnya demam, nyeri sendi, hingga jantung dan kanker.
Panjang Jari dan Nyeri Sendi
Profesor John Manning, Seorang ahli biologi University of Swansea mengatakan, perbedaan panjang jari manis dan telunjuk berhubungan dengan kadar hormon dalam tubuh, yang memengaruhi risiko terhadap penyakit. Berdasar analisisnya, panjang jari tangan ditentukan sejak di dalam rahim. Hormon seks pria atau disebut testosteron, mendorong pertumbuhan jari manis, dan hormon wanita atau estrogen mendorong pertumbuhan jari telunjuk.
Berdasar penelitian Nottingham University, mereka yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk, dua kali lebih rentan terserang osteoarthristis atau nyeri sendi. Penelitian ini mengukur jari tangan 2.000 orang. “Hasil ini telah direplikasi dalam studi lain dengan skala besar di Amerika,” kata Profesor Manning.
Banyak yang beranggapan kalau nyeri sendi atau rematik akan terjadi bila kita sering mandi malam atau terlalu lama berada di ruang ber – AC. Namun menurut studi yang terdapat dalam Journal Arthristis & Reumatism, anggapan itu hanya sekedar mitos dan sangat jarang terjadi. Penyebabnya ialah jarang olahraga, oesitas, dan pertambahan usia yang menyebabkan lapisan pelindung sendi menjadi berkurang.
Saat usia menginjak 45 tahun, kemungkinan terkena nyeri sendi menjadi 3 kali lebih besar, Untuk mencegah nyeri sendi mulailah menjaga kekuatan otot lutut sejak usia 20-an. Selain makan sayur, rajin jalan kaki minimal 10 menit sehari, lakukan peregangan otot saat duduk di kursi kerja, yaitu dengan mengangkat kaki bawah sejajar dengan paha. Lakukan sebanyak 10 kali setiap hari untuk masing-masing kaki.
Banyak yang beranggapan kalau nyeri sendi atau rematik akan terjadi bila kita sering mandi malam atau terlalu lama berada di ruang ber – AC. Namun menurut studi yang terdapat dalam Journal Arthristis & Reumatism, anggapan itu hanya sekedar mitos dan sangat jarang terjadi. Penyebabnya ialah jarang olahraga, oesitas, dan pertambahan usia yang menyebabkan lapisan pelindung sendi menjadi berkurang.
Saat usia menginjak 45 tahun, kemungkinan terkena nyeri sendi menjadi 3 kali lebih besar, Untuk mencegah nyeri sendi mulailah menjaga kekuatan otot lutut sejak usia 20-an. Selain makan sayur, rajin jalan kaki minimal 10 menit sehari, lakukan peregangan otot saat duduk di kursi kerja, yaitu dengan mengangkat kaki bawah sejajar dengan paha. Lakukan sebanyak 10 kali setiap hari untuk masing-masing kaki.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan mencegah nyeri sendi sebelum mengalami.