Mengenal TIE DYE (Kain Jumputan)

Istilah tie dye memang kurang familiar di telinga banyak orang. Namun bagi Anda pengamat fashion mungkin satu atau dua kali pernah mendengar istilah tie dye.

Istilah tie dye digunakan untuk menyebut suatu teknik pewarnaan sekaligus motif pada kain. Dalam terjemahan bahasa Inggris tie dye artinya celup ikat ( tie artinya ikat dan dye berarti celup ). Di Indonesia sendiri, istilah tie dye jarang digunakan karena kita menyebut kain dengan teknik yang sama sesuai dengan beberapa istilah dari berbagai provinsi di Indonesia. Misalnya : Masyarakat Palembang menyebut kain ini dengan istilah Pelangi , masyarakat Banjarmasin menyebut Sasirangan, dan masyarakat Jawa menggunakan istilah Tritik untuk kain yang sama. Secara keseluruhan kain ini lebih populer di Indonesia dengan sebutan jumputan atau ikat. Perancang Dian Pelangi memakai teknik ini untuk rancangan busana muslimnya. Sedangkan pelopor kain ikat atau jumputan di Indonesia sendiri adalah Ghea Panggabean dan Carmanita. Bahkan sampai saat ini mereka konsisten mempertahankan teknik ini sebagai ciri khas koleksi rancangannya.

Untuk mendapatkan motif yang unik dan beragam, biasanya para pengrajin menyisipkan biji – bijian, dedaunan, batu, kerikil, ranting pohon, dan berbagai material lain untuk menambah keindahan kain yang telah dilipat, dijahit mengikat, dijepit ataupun usaha perintang warna lainnya untuk menghindari bagian tersebut dari sapuan rendaman celupan warna. Hasinya tentu saja sangat memuaskan.  Motif unik yang beragam, abstrak, dan ekslusif karena corak antara kain yang satu dengan lembaran kain yang lain tak ada yang serupa walaupun melalui proses yang sama membuat kain tie dye menjadi begitu terkenal dan fenomenal.

ASAL – USUL

Suatu sumber mengatakan, dengan ditemukannya mummi yang berasal dari tahun 1000 SM di Mesir yang terbalut kain dengan tehnik pewarnaan yang unik mirip dengan yang dimaksud dengan istilah tie dye. Diduga kain ini berasal dari India yang menyebar sampai ke Mesir. Hal ini selaras dengan berita di halaman  majalah Time yang mengatakan bahwa tie dye berasal dari seni bandhu yang usianya setua negeri India. Sedangkan para arkeolog menyebutkan bahwa tie dye sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico, Yunani, dan juga di Roma.

Masyarakat Amerika baru mengenal teknik ini di tahun 1909. Kemudian menjadi populer ketika kaum hippies pada era generasi bunga ( flower generation ) sering mengenakan tie dye di sekitar akhir tahun 60 – an sampai awal tahun70 – an. Pada awalnya, kain ini memang identik dengan kain – kain tradisional mengingat bahan pewarna yang digunakan berasal dari bahan – bahan yang alami. Namun seiring berkembangnya mode, di  pasca  tahun 70 –an itulah tie dye berkembang menjadi beragam produk seperti kaos, rompi, jaket, jeans, legging, dan asesoris. Pewarnaannya pun lebih beragam, dari awalnya yang banyak menggunakan warna – warna cerah menjadi makin gaya dengan hadirnya motif dengan warna gelap atau monokrom. Sederet selebritis dunia bahkan memakainya dalam kegiatan harian mereka. (mew)

Tips Indonesia